Selasa, 31 Desember 2013

optimis production ANEUK KPI 2011 UIN AR-RANIRY

Aku atau Bapakku yang Jadi Caleg

Aku atau Bapakku yang Jadi Caleg


Memasuki masa-masa pemilu (pemilihan umum) masyarakat atau publik akan dimanjakan dengan gambar-gambar caleg (calon legislatif) di daerah mereka masing-masing. Mulai dari selebaran, brosur, spanduk, baliho dan poster-poster berserakan di kawasan umum. Setiap sudut jalan pasti akan ditemukan spanduk-spanduk caleg dengan berbagai bentuk tulisan dan warna untuk menarik pengguna jalan dan masyarakat sekitar membaca.

Setiap caleg memiliki perbedaan dan persamaan pada bentuk desain baliho atau sepanduk mereka. Dari segi warna, pesan kampanye, dan parpol (partai politik) yang mendukung mereka pasti berbeda antara satu caleg dengan caleg lain. Persamaan yang sangat jelas dari kebanyakan baliho atau spanduk  para caleg akan terlihat pada kata-kata “mohon doa dan dukungannya”.

Sebenarnya kalau sudah menjadi calon, kata dukungan dan doa dari publik itu tidak perlu. Yang hanya diperlukan adalah caleg itu sendiri yang berdoa agar menang dan pilihan (coblosan) publik untuk para caleg. Kata-kata yang cocok untuk baliho mereka harus langsung pada intinya yaitu “coblos nomor sekian” atau “jangan lupa coblos nomor sekian”.

Fenomena yang terjadi di publik adalah hampir semua baliho atau spanduk para caleg yang akan berkompetisi pada pemilu menggunakan poto atau gambar orang-orang yang sudah tenar dalam bidang perpolitikan. Dalam hal ini adalah ketua umum dari partai yang mendukung seorang caleg, para menteri yang memiliki jabatan tinggi di partai yang menjadi acuan para caleg atau orang yang aktif dalam struktur pemerintahan pusat. Baliho itu menandakan seakan para caleg sangat dekat dan kenal dengan orang-orang besar yang mendukung mereka. Ada foto yang sambil berjabat tangan dan ada juga foto mereka sambil duduk berdua seakan sudah kenal lama.

Bahkan, di daerah-daerah kebanyakan para caleg itu tidak pernah berjumpa dengan orang-orang besar yang mendukung mereka. Jangankan jumpa, para caleg juga tidak kenal orang-orang besar itu. Tapi para caleg hanya tahu saja.

Untuk apa itu? Untuk menaikkan pamor seorang caleg? Itu hanya memperlihatkan kelemahan seorang caleg. Orang atau masayarakat yang memiliki ilmu, kalau melihat baliho seperti itu pasti dapat mengartikan bahwa itu menandakan caleg tersebut tidak percaya diri. Seorang caleg harus yakin dengan dirinya sendiri.
Baliho yang sangat jelas membuktikan para caleg tidak percaya diri adalah adanya tulisan “anak dari si polan” atau “anak mantan geuchik wilayah (red)”. Inilah yang membuat publik kurang percaya akan kapasitas yang dimilki para caleg. Bagaimana para caleg tersebut membangun kepercayaan publik terhadap mereka sedangkan mereka sendiri tidak percaya dengan diri mereka sendiri.

Mengapa ini terjadi? Ini terjadi karena para caleg tidak memiliki niat yang sempurna untuk menjadi “pelayan” masyarakat. Mereka hanya menginginkan sebuah pekerjaan dan jabatan untuk kepentingan pribadi. Hal yang menyangkut dengan kepentingan publik akan menjadi nomor 2 bagi mereka nantinya kalau sudah menjadi anggota legislatif. Yang terpenting bagi mereka sekarang adalah bagaimana cara mendapatkan suara dan memenangi pemilu.


Nabi Muhammad sendiri telah mengajarkan untuk yakin pada diri sendiri dan amanah. Sebuah pepatah mengatakan, “Bukanlah yang dikatakan seorang pemuda itu yang mengatakan : ini bapakkku! Tapi yang dikatakan seorang pemuda itu adalah orang yang mengatakan : ini aku!”.

Kamis, 19 Desember 2013

Muliani Sipenjahit Babun Najah


Muliani Sipenjahit Babun Najah



Suara bising kendaraan yang sedang berlalu lalang terdengar sangat jelas di telinga ketika aku memasuki Simpang Tujuh Ulee Kareng. Dari arah Lambuk, aku menuju ke Ie Masen sore itu. Dengan lambat aku mengendarai sepeda motor sambil menikmati angin sore dan melihat-lihat bangunan yang ada di seputaran  Ie Masen.
Mataku tertuju pada satu bangunan yang berada tepat di samping Pesantren Babun Najah. Aku menghentikan motor persis di depan sebuah bangunan itu. Terlihat beberapa anak gadis yang sedang mengayuhkan kaki memainkan mesin jahit. Bangunan yang bertuliskan “An-Najah Taylor” itu merupakan bangunan yang masih berada dalam naungan Pesantren Babun Najah. Senyuman seorang wanita terlempar kepadaku yang sedang memperhatikan bangunan yang diisi oleh alumni Babun Najah itu.
Muliani Ayyub, begitu yang keluar dari mulutnya ketika aku berkenalan dengannya. Parasnya yang cantik dengan kulit putih, serta hidung yang mancung seperti orang-orang Timur Tengah mengingatkanku pada seorang artis, Kirana Larasati. Cewek yang lahir di Pulo Aceh ini adalah Alumni Babun Najah dan Mahasiswa UIN Ar-Raniry. Ia merupakan salah satu korban selamat tsunami 9 tahun lalu. Ketika peristiwa itu ia lari ke gunung bersama adiknya. Kedua orangtua dan 3 saudara yang dicintainya telah dijemput oleh malaikat pada kejadia itu. Yang tinggal hanya kakak, abang dan adik perempuannya. Dari 7 bersaudara kini hanya tinggal ber-empat saja. Sebelum ke Banda Aceh, mereka tinggal di gunung selama tiga hari dengan memakan beras yang telah bercampur dengan air laut.
Peristiwa Tsunami itu memberi hikmah yang penting bagi Muliani karena ia dipertemukan dengan Pesantren Babun Najah yang memberikan banyak pelajaran baginya.
 “Saya ke Banda Aceh (Babun Najah) itu karena Tsunami. Kampung saya habis semua, ngga ada yang tinggal. Terus saya ke Banda Aceh karena ada sekolah yang menampung anak-anak korban tsunami.” Ucap cewek yang akrab disapa Meulu ini.
Sikap semangat terpancar dari wajahnya yang selalu tersenyum ketika aku mengajukan pertanyaan mengenai dirinya dan tempat kerjanya itu (An-Najah Taylor). Tak ada sikap yang menunjukkan kalau dia itu takut mengarungi kehidupan di dunia ini walaupun tanpa kedua orangtua. Senyum yang terpancar dari wajahnya menunjuk kalau dia selalu optimis menghadapi ujian dari Allah, karena ia yakin kalau Allah akan memberikan yang terbaik untuknya. Di setiap shalatnya, ia tidak lupa menitip doa kepada Allah agar orang-orang yang telah meninggalkannya itu mendapatkan ampunan dan dipertemukan kembali di syurga kelak.
Untuk membiayai kuliahnya, ia tidak perlu meminta kepada abangnya atau orang lain. Dari hasil kerjanya sebagai penjahit di An-Najah Taylor, ia sudah mampu membiayai perkuliahannya. Satu helai baju yang di jahit, ia mendapatkan 3.600 rupiah. Bahkan kalau pada bulan masuk sekolah ia bisa mendapatkan 1 juta selama satu bulan. Yang paling membawa berkah baginya adalah di bulan Ramadhan. Di bulan ini ia bisa mendapatkan 2-3 juta.
“biasanya kalau satu baju saja kami dapat 3.600. kalau lengkap sama celana kami dapat 60.000 ribu, lebihnya ke pihak pesantren, karena pesantren yang mengelola taylor ini.” Ungkap cewek yang kuliah di fakultas Dakwah dan Komunikasi ini.
Selama 8 tahun tinggal di pondok itu Muliani banyak mendapat pelajaran dan kenangan yang tak dapat ia lupakan. Bahkan, ia lebih memilih tetap tinggal di pesantren yang dipimpin oleh Abu Madinah itu daripada ngekost seperti beberapa teman-teman yang lain. Ia telah menganggapnya seperti rumah kedua. Kalau seandainya ngekost pasti tak akan ada orang yang akan mengingatkannya ketika ia lalai dalam hal ibadah. Beda halnya di Babun Najah, ia dapat melaksanakan shalat berjamaah, kerja sampingan, tempat tinggal bebas biaya dan banyak manfaat lain yang ia dapatkan di sana.
“Karena Muli pikir lebih bermanfaat tinggal disini (Babun Najah). Shalat bisa berjamaah, terus bisa cari rezeki sampingan juga.” Tuturnya.
Taylor Najah merupakan tata usaha yang berbentuk jasa penjahitan masih berada dalam naungan pesantren Babun Najah yang telah didirikan sejak 6 tahun. Tujuan utamanya adalah untuk menambah pendapatan pesantren. Selain itu tata usaha ini juga dijadikan sebagai media pembelajaran santri untuk agar memiliki skill dalam hal menjahit. Selain An-Najah Taylor, ada juga beberapa tata usaha yang telah didirikan oleh pesantren ini, seperti An-Najah Fotocopy dan Galery An-Najah.
Pengelola An-Najah Taylor, Zatul Fikarshi mengatakan bahwa selain alumni Babun Najah, tata usaha ini juga menerima karyawan lain yang bukan alumni Babun najah asalkan sanggup mengikuti segala peraturan yang ada.
“siapa aja boleh kerja di sini kalau dia mau. Ngga mesti harus alumni. Tapi harus siap dan patuh sama peraturan yang telah ditetapkan.” Ujarnya.
An-Najah Taylor ini adalah batu loncatan bagi Muliani untuk mengembangkan dan memberikan pengajaran kepada anak-anak Pulo Aceh tentang berbagai ilmu yang telah ia dapatkan selama berguru di pesantren Babun Najah.
Di Malaysia ia mempunyai seoraang ayah angkat yang sangat sayang kepadanya. Pernah suatu hari di tahun 2007 ia dibawa ke Malaysia oleh ayah angkatnya dan mengajak untuk tinggal serta menetap di sana. Semua biaya hidup ditanggung oleh ayahnya itu. Tapi ia tidak mau. Ia merasa memiliki tanggung jawab terhadap kampung halamannya. Ia ingin membangun kembali daerahnya.
Walaupun ia tak mau menerima tawaran itu, tetapi ayah angkatnya terkadang masih juga mengirimkan paket berupa uang belanja kepadanya. Dan Insya Allah di tahun 2014 ini ia diundang ke Malaysia untuk mengikuti acara pernikahan anak ayah angkatnya itu kalau jadwal kuliah tidak mengganggu.
“Insya Allah bulan Januari 2014 ini saya akan ke Malaysia untuk memenuhi undangan pernikahan anak ayah angkat saya. Doain ya supaya jadwal kuliah ngga mengganggu.” Ucap cewek yang lahir pada 10 Maret 1993 itu.
Sekarang ia hanya ingin cepat-cepatnya menyelesaikan kuliah. Ia tidak sabar lagi ingin pulang untuk membangun Pulo Aceh menjadi daerah yang maju dan tidak tertinggal lagi seperti sekarang ini. Padahal kalau daerah itu diperhatikan, pasti bisa menjadi ladang pendapat pemerintah. Panorama alam yang masih natural dengan keindahan pantai pasir putihnya, hasil laut yang sangat kaya, pelabuhan bebas yang mulai rampung, serta mercusuar dan penjara bawah tanah peninggalan masa kolonial Belanda dapat dijadikan sebagai alternatif daya pikat turis baik lokal mau mancanegara.
       
Muliani adalah salah satu anak emas yang dimiliki Pulo Aceh. Mudah-mudahan semangat dan kerja keras yang ia bangun sekarang dapat mengumpulkan anak-anak Pulo Aceh untuk membangun dan mengembangkan Pulo Aceh kelak. Walaupun perempuan, tapi ia ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia mampu melakukan apapun di dunia ini.






Rabu, 20 November 2013

METODE PENELITIAN KUALITATIF


METODE PENELITIAN KUALITATIF


disusun untuk menyelesaikan tugas presentasi
pada mata kuliah Metodologi Penelitian



oleh:
kelompok IV
Alkausarni : 411106225
                                              Putra Maulana : 411005896
                                                   Nurul Izzati : 411005914
                                                Santi Muliana : 411005902










Institut Agama Islam Negeri ar-Raniry
Fakultas Dakwah
Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Darussalam, Banda Aceh
2012

KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Metode Penelitian Kualitatif, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Metode Penelitian Kualitatif” yang menjelaskan bagaimana melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Metodologi Penelitian yang telah membimbing penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
                                    Banda Aceh, 6 November 2012

                                                                                                Penyusun




DAFTAR ISI


Kata pengantar......................................................................................................................i
Daftar isi................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A.    Latar belakang ........................................................................................................1
B.     Rumusan masalah....................................................................................................1
C.    Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
1.      Metode penelitian kualitatif..............................................................................3
2.      Masalah dalam penelitian..................................................................................5
3.      Fokus judul penelitian.......................................................................................6
4.      Bentuk rumusan masalah.................................................................................8
5.      Judul penlitian kualitatif.................................................................................10
6.      Teori dalam penelitian kualitatif....................................................................12
7.      Teknik pengambilan sampel...........................................................................13
8.      Instrumen penelitian........................................................................................18
BAB III PENUTUP...........................................................................................................21
A.    Kesimpulan.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Diantara berbagai elemen yang sekaligus dapat menjadi penanda kemandirian bidang ilmu pengetahuan adalah teori dan metodologi. Dengan demikian metode penelitian menjadi ciri khas dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan sehingga sangat sering menjadi sebutan dalam diskusi dikalangan akademis. Metode itu sendiri ada diantaranya metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Sebagai gambaran ringkas perbedaan dan perbandingan cirri-ciri metode kualitatif dan kuantitatif dalam suatu penelitian, meskipun biasanya tidak dapat dipaparkan sedemikian jelasnya. Perbandingan ini sekedar unutk memberikan gambaran tentang kecenderungan atau kebiasaan masing-masing metode, agar dapat membantu peneliti dalam menentukan pemilihan metodenya.
Dalam mengadakan penelitian, peneliti tidak hanya cenderung pada kedua metode penelitian tersebut yaitu metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, tetapi juga harus dapat membedakan karakteristik variabel dalam penelitian yaitu adanya variabel penelitian eksperimental dan variabel penelitian non eksperimental.
Sudah selayaknya para peneliti memperhatikan hal-hal yang tekait ketika menentukan pilihan metode penelitian, yaitu disesuaikan dengan tujuan penelitian, hasil yang diharapkan, dan kondisi objek atau sasaran penelitian. 


B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif?
2.      Bagaimanakah masalah dalam penelitian kualitatif?
3.      Apa yang dimaksud dengan fokus judul penelitian?
4.      Bagaimanakah bentuk rumusan dalam metode penelitian kualitatif?
5.      Bagaimanakah judul penelitian kualitatif?
6.      Apa-apa saja teori yang ada dalam penelitian kualitatif?
7.      Bagaimana teknik pengambilan sampel?
8.      Siapakah yang menjadi instrumen penelitian?



C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan metode pemelitian kualitatif
2.      Untuk mengetahui masalah dalam penelitian kualitatif
3.      Untuk mengetahui apa itu fokus judul penelitian
4.      Untuk mengetahui bentuk rumusan masalah
5.      Untuk mengetahui judul penelitian kualitatif
6.      Untuk mengetahui teori dalam penelitian kualitatif
7.      Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel
8.      Untuk mengetahui instrumen penelitian


















BAB II
PEMBAHASAN

A.       Metode Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian kualitatif lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam(Wikipedia: 2009).
Menurut Brannen (1997: 9-12), secara epistemologis memang ada sedikit perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif selalu menentukan data dengan variabel-veriabel dan kategori ubahan, penelitian kualitatif justru sebaliknya. Perbedaan penting keduanya, terletak pada pengumpulan data. Tradisi kualitatif, peneliti sebagai instrument pengumpul data, mengikuti asumsi cultural, dan mengikuti data.
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif) adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretif, penelitian etnografik, penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan studi kasus.
Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.
Menurut Strauss dan Corbin (1997: 11-13), yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh)dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi(pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentangkehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, danlain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para penelitidimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadang kala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yng menghasilkan data deskriptif  berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasil kan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari perpektif  partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak tentang kenyataan-kenyataan (Hadjar, 1996 dalam Basrowi dan Sukidin, 2002: 2). Konsep dan Ragam Penelitian Kualitatif Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986: 9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu.
Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas. Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pemahaman yang demikian tidak selamanya benar, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang memerlukan bantuan angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejal ayang diteliti. Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif (Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti : interpretif  grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik,hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi.

1.    Masalah dalam Penelitian Kualitatif
Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Namun terdapat perbedaan yang mendasar antara “masalah “ dalam penelitian kualitatif “masalah “ yang akan di pecahkan melalui penelitian harus jelas, spestik, yang di bawa oleh peneliti masih remang-remang, bahkan gelap kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, “masalah “ dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentative dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di lapangan.
Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah“ yang di bawa oleh peneliti dalam penelitian[1]. Yang pertama masalah yang di bawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Yang kedua “masalah” yang di bawa peneliti setelah memesuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah di siapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup di sempurnakan. Yang ketiga sehingga harus di  “ganti” masalah. Dengan denikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dengan judulnya dig anti. Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitas administrasi. Oleh karena itu institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah kualitatif ini.
Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai,merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia di pandang mampu melepaskan apa yang telah di pikirkan sebelumnya, dan selanjudnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi social yang di teliti. Kemungkinan masalah sebelum dan sesudah ke lapangan dalam penelitian kualitatif dapat di gambarkan sebagai berikut:
Terdapat perbedaan antara masalah dan rumusan masalah. Seperti telah di kemukakan bahwa, masalah adalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi. Sedangkan rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang di susun di dasarkan masalah yang harus di carikan jawabannya melalui pengumpulan data. Dalam usulan penelitian, sebaiknya masalah tersebut perlu di tunjukan dengan data. Misalnyy ada masalah tentang kualitas SDM yang masih rendah, maka perlu di tunjukan data kualitas SDM tersebut, melelui Human Developmen Index misalnya. Masalah kemiskinan perlu di tunjukan data tentang jumkah penduduk yang miskin, masalah korupsi perlu di tunjukan jumlah koruptor,dsb.
Data tentang masalah bias berasal dari dokumentasi hasil penelitian, pengawasan, evaluasi, pengamatan pendahuluan, dan pertanyaan orang-orang yang patut di percaya.

2.    Fokus Judul Penelitian
Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala dari suatu objek itu sifat tunggal dan parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala tersebut peneliti kuantitatif dapat menemukan variable-variabel yang akan di teliti. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistic ( Mnyeluruh tidak dapat di pisah-pisahkan ), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan fariabel penelitian , tetapi keseluruhan situasi social yang di teliti yang meliputi aspek tempat (plase), peleku (actor) dan aktivitas (activity) tang berinteraksi secara sinergis.
Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam rangka penelitian kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variable. Dengan demikien dalam penelitian kuantitatif ada yang di sebut batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif di sebut dengan focus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. [2]
Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih di dasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi feabilitas masalah yang akan di pecahkan selain juga factor keterbarasan tenaga , dana dan waktu. Suatu masalah di katakana penting apabila masalah tersebut tidak di pecahkan mekalui penelitian, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah dikatakan urgen (mendesak) apabila masalah tersebut tidak segera di pecahkan melelui penelitian, maka akan semakin kehilangan berbagai kesempatan untuk mengatasi. Masalah dikatakan fasible apabila terdapat berbagai sumber daya untuk memecahkan masalah tersebut. Untuk menilai masalah tersebut penting, urgen, dan feasible,maka perlu dilakukan melalui analisa masalah.
Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif  menentapkan focus. Spradley menyatakan bahwa “A focused refer to single cultural domain or a few related dominains” maksudnya adalah bahwa, focus itu merupakan domain yang terkait dari situasi social. Dalam pemelitian kualitatif, penentuan focus dalam proposal lebih di dasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan di peroleh dari situasi social (lapangan).
Kebaruan informasi itu bias berupa upaya untuk memahami secara lebih luas dan mendalam tentang situasi social, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi social yang di teliti. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif di peroleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang di sebut dengan penjelajahan umun. Dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi social. Untuk dapat memehami secarah lebih luas dan mendalam, Maka di perlukan pemilihan fokus penelitian.
Spladley dalam sanapiah faisal (1988) mengemukakan empat alternative untuk menetapkan fokus yaitu :
1.      Menetapkan fokus pada permasalahan yang di sarankan oleh informal
2.      Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain
3.      Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek
4.      Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada


3.    Bentuk Rumusan Masalah
Berdasarkan level of explanation , suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan assosiatif.[3]
a.       Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengekslorasi dan atau memotret situasi social yang akan di teliti secara menyeluruh, luas dan mendalam.
b.      Rumusan masalah komperatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks social atau domain satu di bandingkan dengan yang lain.
c.       Rumusan masalah assosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah assosiatif di bagi menjadi tiga yaitu, hubungan simetris, kausal dan reciprocal atau interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Selanjutnya hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang di amati atau di temukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.

Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dengan variable penelitian, sehingga rumusan masalah peneleti sangat spesifik, dan akan digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, insrumen, dan teknik analisis data.
Dalam peneletian kualitatif seperti yang teleh di kemukakan, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi social tertantu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif mau pun kualitatif harus membuat rumusan masakah. Pertanyaan penelitian kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang meggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya. Ia akan mengembqangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini di sebut “emergent desingn” (Loncoln dan Guba, 1985:102).
Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian tidak di rumuskan atas dasar definisi operasional penelitian tidak di rumuskan atas dasar definisi operasional dari suatu variable penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks, intiraksi social yang terjadi, dan kemungkinan di temukan hipotesis atau teori baru.
Berikut ini di berikan contoh rumusan masalah dalam proposal penelitian kualitatif tentang suatu peristiwa.
1.      Apakah peristiwa yang terjadi dalam situasi social atau setting tertentu?
     (Rumusan masalah deskriptif)
2.      Apakah makna peristiwa itu bagi orang-orang yang ada pada setting itu?
     (rumusan masalah deskriptif)
3.      Apakah peristiwa itu di organisir dalam pola-pola organisasi social tertentu(rumusan masalah assosiatif/hubungan yang akan menemukan pola organisasi dari suatu kejadian )
4.      Apakah peristiwa itu di hubungkan dengan peristiwa lain dalam situasi social yang sama atau situasi social yang lain (rumusan masalah assosiatif)
5.      Apakah peristiwa itusama atau berbeda dengan peristuwa lain (rumusan masalah komperatif)
6.      Apakah peristiwa itu merupakan peristiwa yang baru, yang belum ada sebelumnya?

Contoh 2 Rumusan masalah tentang kemiskinan
1.      Bagaimanakah gambaran rakyat miskin di situasi social atau setting tertentu?(rumusan masalah deskriptif)
2.      Apakah makna miskin bagi mereka yang berada dalam situasi dalam social tersebut?(rumusan masalah deskriptif)
3.      Bagaimana upaya masyarakat tersebut dalam mengatasi kebutuhan sehari-hari?
4.      Bagaimanakah pola terbentuknya mereka menjadi miskin ?(rumusan masalah assosiatif reciprocal)
5.      Apakah pola terbentuknya kemiskinan antara satu keluarga dengan yang lain berbeda (masalah komperatif)
6.      Apakah pola baru yang menyebabkan rakyat menjadi miskin?

Contoh tiga Rumusan masalah tentang manajemen
1.      Apakah pemahaman orang-orang yang ada dalam organisasi itu tentang arti dan makna manajemen (masalah deskriptif)
2.      Bagaimana iklim kerja atau suasana kerja pada kerja pada organisasi tersebut? (masalah deskriptif)
3.      Bagaimana pola perencanaan yang di gunakan dalam organisasi itu, baik perencanaan strategis maupun taktis/tahunan (masalah deskriptif)
4.      Bagaimanakah model penempatan orang-orang yang menduduki posisi dalam organisasi itu (masalah deskriptif)
5.      Bagaimanakah model koordinasi, kepemimpinan , dan supervise yang di jalankan dalam organisasi itu? (masalah assosaiatif)
6.      Bagaimanakah pola penyusunan anggaran pendapatan dan belanja organisasi itu? (masalah assosiatif)
7.      Bagaimanakah pola pengawasan dan pengendalian yang dilakukan dalam organisasi tersebut ? (masalah deskriptif)
8.      Apakah kinerja organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain tang sejenis (masalah komperetif)

4.    Judul Penelitian Kualitatif
Judul dalam penelitian kualitatif pada umumnya di susun berdasarkan masalah yang telah ditetapkan.Dengan demikian judul penelitiannya harus sudah spesifik dan mencerminkan permasalahan dan variabel yang akan di teliti, judul penelitian kuantitatif digunakan sebagai pegangan peneliti untuk menetapkan variabel yang akan di teliti, teori yang di gunakan, instrument penelitian yang dikembangkan, teknik  analisis data, serta kesimpulan.
Dalam penelitian kualitatif, karena masalah yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara , dan bersifat (Menyeluruh),maka judul dalam penelitian kualitatif yang di rumuskan dalam proposal juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah memasuki lapangan. Judul laporan penelitian kualitatif yang baik justru berubah, atau mungkin diganti. Judul penelitian kualitatif yang tidak berubah, berati peneliti belum mampu menjelajah secara mendalam terhadap situasi social yang di telitih sehingga belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas dan mendalam terhadap situasi social yang di teliti (situasi social= obyek yang di teliti)
Judul penelitian kualitatif tentu saja tidak harus mencerminkan permasalahan dan variabel yang di teliti, tetapi lebih pada usaha untuk mengungkapkan fenomena dalam situasi social secara luas dan mendalam,serta mengemukakan hipotesis dan teori.

Berikut ini di berikan beberapa contoh judul penelitian kualitatif.[4]
1.      Mengembangkan model Perencanaan yang efektif, di eropa otonomi Daerah
2.      Organisasi Pemerintahan yang Efektif dan Efesien pada Era Otonomi Daerah.
3.      Membangun Iklim Kerja yang Kondusif.
4.      Pengembangan Kepemimpinan Berbasis Budaya.
5.      Pengembangan Sistem Pengawasan Efektif
6.      Makna Menjadi Pegawai Negri Sipil bagi Masyaraka.
7.      Makna Pembangunan Bagi Masyarakat Miskin
8.      Pengembangan Body language yang menarik Bagi Konsumen Masyarakat Yogyakarta
9.      Strategi Hidup Masyarakat yang Tanah dan Rumahnya Tergusur
10.  Manajemen keluarga Petani dalam Menyekolahkan Anak-anaknya
11.  Model Belajar anak yang berprestasi
12.  Profil Guru yang Efektif Mendidik Anak
13.  Makna Upacara-upacara Tradisional Bagi Masyarakat Tertentu
14.  Pola Perkembangan Karir bagi  Orang-orang Sukses
15.  Makna Gotongroyong Bgi Masyarakat Modern
16.  Mengapa SDM masyarakat Indonesia Tidak Berkualitas?
17.  Mengapa Korupsi sulit Diberantas di Indonesia?
18.  Menelusuri Pola Supply and Demand Narkoba
19.  Makna Sakit Bagi Pasien
20.  Pola Manajemen Pedagang yang Di duga punya’Pesugihan”
21.  Pengembangan Model Pendidikan Berbasis Produksi
22.  Mengapa Para Pemimpin Indonesia Gagal Membangun Bangsa
23.  Mengadili Koruptir dengan Pendekatan Ilmiah
24.  Kesejahteraan Menurut Orang Miskin
25.  Model Pengembangan SDM Bngsa dalan Upaya Mencapai Keunggulan Komperatif

5.     Teori dalam penelitian Kualitatif
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang di gunakan harus sudah jelas, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrument penelitian. Oleh karena itu, landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal peneliti kualitatif juga masih bersifat sementara,dan akan berkembang setelah peneliti mamasuki lapangan atau konteks social. Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kualitatif itu bersifat menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori.
Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang digunakan sesuai dengan jumlah variabel  yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh penelitian kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan. Penelitian kualitatif akan lebih profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya akan manjadi lebih luas, dan dapat menjadi instrument penelitian yang baik. Teori bagi penelitian kualitatif akan berfungsi sebangai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun peneliti kulitatif dituntut untuk mengguasai teori yang luas dan mendalam, namun dalam melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif harus mampu melaksanakan teori yang di miliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan untuk wawancara, dan observasi. Peneliti kualitatif di tuntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dipasakan, dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic”[5] artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”,bukan berdasarkan,apa yang terjadi dilapangan, yang di alami, di rasakan,dan difikirkan oleh partisipan/sumber data.
Oleh karena itu peneliti kualitatif harus berbekal teori yang luas sehingga mampu menjadi “human instrument“ yang baik. Dalam hal ini Bong and Gall 1988 menyatakan bahwa “Qualitative research is much more difficult to do well than quantitative research because the data collected are usually subjective and the main measurement tool for collcted data is the investigator himself”. Penelitian kualitatif lebih sulit bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, karena data yang terkumpul bersifat subjektif dan instrument sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri.
Untuk dapat menjadi instrument penelitian yang baik, peneliti kualitatif di tuntut untuk memiliki wawasan teoritis maupun wawasan yang terkait dengan konteks sosial yang di teliti yang berupa niai, budaya, keyakinan, hokum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut. Bila peneliti tidak memiliki wawasan yang luas, maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan kepada sumber data, sulit memahami apa yang terjadi, tidak akan dapat melakukan analisis secara induktif terhadap data yang di peroleh. Sebagai contoh seseorang peneliti bidang kesehatan saja akan mengalami kesulitan. Demikian juga peneliti yang berlatar belakang pendidikan, akan sulut untuk bertanya dan memahami bidang antropologi.
Peneliti kualitatif di tuntut mampu mengorganisasikan semua teori yang di baca. Landasan teori yang di tuliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukan seberapa jauh peneliti walaupun masih permasalahan tersebut bersifat sementara itu. Oleh karena itu landasan teori yang di kemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara. Peneliti kualitatif setuju di tuntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang di peroleh di lapangan atau situasi social.

6.    Teknik Pengambilan Sample
Teknik pengambilan sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan.
Dalam sebuah penelitian baik itu skripsi, tesis, maupun desertasi, keberadaan sampel memiliki peran yang sangat vital. Hal ini dikarenakan sampel penelitian dijadikan sebagai sumber pengambilan data baik itu secara kuantitatif maupun kualitatif. Menurut Sugiyono , sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan pengertian dari populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Teknik sampling sangatlah diperlukan dalam sebuah penelitian karena hal ini digunakan untuk menentukan siapa saja anggota dari populasi yang hendak dijadikan sampel. Untuk itu teknik sampling haruslah secara jelas tergambarkan dalam rencana penelitian sehingga jelas dan tidak membingungkan ketika terjun dilapangan.
Sugiyono  mengelompokkan teknik sampling menjadi 2 (dua)[6] yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Probability Sampling terdiri dari 4 (empat) macam yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1.    Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
2.    Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. 
Contoh: Suatu perusahaan memiliki pegawai dengan pendidikan berstrata lulus (S1 = 50 orang; S2 = 30 orang; SMK = 800 orang; SMA = 400 orang; dan SD = 300 orang). Maka contoh pengambilan sampel dengan teknik ini adalah dengan asumsi 10% dari populasi masing-masing strata yang diambil. Jadi dari S1 diambil 5 orang (acak), S2 diambil 3 orang (acak), SMK diambil 80 orang (acak), SMA diambil 40 orang (acak), dan SD diambil 30 orang (acak). Maka total sampel yang diambil adalah 5+3+80+40+30 = 158 orang.
3.    Disproportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
Contoh: Suatu perusahaan memiliki pegawai dengan pendidikan berstrata lulus (S1 = 50 orang; S2 = 30 orang; SMK = 800 orang; SMA = 400 orang; dan SD = 300 orang). Maka pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara bebas (seenaknya) yaitu S1 diambil 50 orang atau semua populasi S1 dan S2 diambil 30 orang atau semua populasi S2. Sementara kelompok strata yang lain diabaikan karena jumlah populasinya terlalu besar. Sehingga total sampel yang digunakan adalah 50 + 30 = 80 orang.
4.    Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Contoh: Di kota Banyuwangi terdapat 30 SMP sebagai populasi. Karena itu pengambilan sampelnya ditentukan sebesar 15 SMP saja dengan pemilihan secara random (acak). Teknik sampel ini terdiri dari 2 tahap, yaitu (1) tahap penentuan sampel daerah, dan (2) tahap penentuan orang-orang yang ada di daerah itu.
Sedangkan pada Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Nonprobability Sampling terdiri dari 6 (enam) macam yang akan dijabarkan sebagai berikut ini:
1.    Sampling Sistematis
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya jumlah populasi 100 orang dan masing-masing diberi nomor urut 1 s/d 100. Sampelnya dapat ditentukan dengan cara memilih orang dengan nomor urut ganjil (1,3,5,7,9,…, dst) atau memilih orang dengan nomor urut genap (2,4,6,8,…,dst).
2.    Sampling Kuota
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan.
Misalnya ingin melakukan penelitian tentang pendapat mahasiswa terhadap layanan kampus. Jumlah sampel yang ditentukan adalah 500 mahasiswa. Kalau pengumpulan data belum mencapai kuota 500 mahasiswa, maka penelitian dipandang belum selesai.
3.    Sampling Insidental
Sampling Insidental adalah tekik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4.    Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini paling cocok digunakan untuk penelitian kualitatif yang tidak melakukan generalisasi.
Misalnya penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan atau ahli gizi.
5.    Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.  Hal ini sering digunakan untuk penelitian dengan jumlah sampel dibawah 30 orang, atau untuk penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil.
Misalnya jika jumlah populasi 20 orang, maka 20 orang tersebutlah yang dijadikan sampel.
6.    Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Misalnya suatu penelitian menggunakan sampel sebanyak 10 orang, tetapi karena peneliti merasa dengan 10 orang sampel ini datanya masih kurang lengkap, maka peneliti mencari orang lain yang dirasa layak dan lebih tahu tentang penelitiannya dan mampu melengkapi datanya.

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling.
Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sanagt berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian kualitatif. Penentuan sampel dalam kualitatif tidak didasarkan pada perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Dalam penelitian kualitatif spesifikasi sampel tidak ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus purposive, yaitu:
a.       Emergent sampling design/sementara
b.      Serial selection of sample/menggelinding seperti bola salju (snowball)
c.       Continuous adjustment of ‘focusing’ of the sample /disesuaikan dengan kebutuhan
d.      Selection to the point of redundancy/dipilh sampai jenuh.

Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emertgent sampling deisgn). Caranya, yaitu peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbang akan memberikan data yang diperlukan. Selanjutnya berdasarkan data atau hasil yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.
Dalam proses sampel seperti dijelaskan di atas, berapa sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Dalam sampel purposive, besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Dalam hubungan S. Nasution (1988) menjelaskan bahwwa unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai pada tarf “redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah sampel lahi tidak memberiakn informasi yang baru), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.
Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat sementara. Namun demikian pembuatan proposal menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. Misalnya akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang-orang yang dianggap jenius, keluarga, guru yang membimbing, serta kawan-kawan dekatnya.
Dalam proposal penelitian, peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama sebagai sumber data. Informan awal ini sebaiknya dipilih orang bisa “membukakan pintu” untuk mengenali keseluruhan medan secara luas. Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C. Dari C dan B belum memperolah data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. Dari F dan G belum memperoleh data yang akurat, maka peneliti pergi ke E, selanjutnya k H, ke G, ke I dan terakhir ke J. Setelah sampai ke J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data usdah mencukupi dan tidak menambahkan sampel yang baru.
Sanafiah Faisal (1990) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi soisal yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selajutnya dinyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.      Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.
2.      Mereka yang tergolong masih sedang berkecimping atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.
3.      Mereka yang memepunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi.
4.      Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri.
5.      Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Seperti telah dikemukakan, penambahan sampel itu dihentikan, apabila datanya sudah jenuh. Dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar jatuh pada subyek yang benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (obyek), maka keuntungan bagi peneliti, karena tidak memrlukan banyak sampel lagi, sehingga cepat selesai. Jadi, yang menjadi kepedulian bagi peneliti kaulitatif adalah “tuntasnya” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bikan banyaknya sampel sumber data.

7. Intrumen Penelitian
 Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapanngan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bisang yang dieteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.         Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek enelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki obyek penelitian. Selain itu, dalam memandang realitas penelitian berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (meneyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun dapat dipisahkan, variabelnya akan banyak sekali. Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan kunci insrumen.
            S. Nasution (1988) menyatakan:
     “Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.[7]

            Berdasarkan pernyataan tersebuat dpat dipahami bahwadalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen.
            Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah dikemukakan melalui observasi an wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.
            Menurut S. Nasutn (1998) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2.      Peneliti sebagai dapat menyesuai diri tergadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam sekaligus.
3.      Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak suatu instrumen beruap test antau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4.      Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5.      Peneliti sebagai instrumen daapt segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hiotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6.      Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7.      Dalam penelitian yang menggunakan test atau angket yang bersifat kuantatif yang diutamakan adalah respon yang dpat dikuantifikasikan agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itutidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercyaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti[8].




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian
2.      Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah “ yang di bawa oleh peneliti dalam penelitian. Yang pertama masalah yang di bawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Yang kedua “masalah” yang di bawa peneliti setelah memesuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah di siapkan. Dengan demikian tidak terlalu banyak perubahan, sehingga judul penelitian cukup di sempurnakan. Yang ketiga sehingga harus di  “ganti” masalah. Dengan denikian judul proposal dengan judul penelitian tidak sama dengan judulnya dig anti. Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitas administrasi. Oleh karena itu institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah kualitatif ini.
3.      Dalam penelitian kuantitatif ada yang di sebut batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif di sebut dengan focus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih di dasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi feabilitas masalah yang akan di pecahkan selain juga factor keterbarasan tenaga , dana dan waktu.
4.      Berdasarkan level of explanation , suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan assosiatif.
5.      Judul dalam penelitian kualitatif pada umumnya di susun berdasarkan masalah yang telah ditetapkan.Dengan demikian judul penelitiannya harus sudah spesifik dan mencerminkan permasalahan dan variabel yang akan di teliti, judul penelitian kuantitatif digunakan sebagai pegangan peneliti untuk menetapkan variabel yang akan di teliti, teori yang di gunakan, instrument penelitian yang dikembangkan, teknik  analisis data, serta kesimpulan.
6.      Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang digunakan sesuai dengan jumlah variabel  yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh penelitian kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan. Penelitian kualitatif akan lebih profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya akan manjadi lebih luas, dan dapat menjadi instrument penelitian yang baik.
7.      Teknik sampling dijadi 2 (dua) yaitu Probability Sampling dan Nonprobability Sampling. Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan pada Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Nonprobability Sampling terdiri dari 6 (enam) macam.
8.      Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapanngan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.







DAFTAR PUSTAKA


            Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2011
            K., Septiawan Santana, Menulis Ilmiah Metodologi Penelitian kualitatif, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2007
            Bungin, Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, 



[1] Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”, (cet. 11; Bandung; Alfabeta, 2011), h.205
[2] Ibid., h. 207
[3] Ibid., h. 209
[4] Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”, (cet. 11; Bandung; Alfabeta, 2011), h.205

[5] Ibid., 213
[6][6] Ibid., h. 217
[7] Ibid., h. 223
[8] Ibid., h. 224